Welcome, Mom/Dad!
google_button Or please Login / Register!
Jangan Keliru! Ini Perbedaan Diare dan Disentri pada Bayi

Jangan Keliru! Ini Perbedaan Diare dan Disentri pada Bayi

Hati-hati diare dan disentri sama-sama bisa menular, Mom.

Diare dan disentri adalah dua kondisi pencernaan yang sering dialami bayi, namun banyak orangtua yang belum sepenuhnya memahami perbedaan antara keduanya. Kedua kondisi ini memang sama-sama menyebabkan masalah pada saluran pencernaan, tetapi gejala, penyebab, dan penanganannya berbeda.


Sering kali, orangtua meremehkan gejala-gejala yang muncul, menganggap diare sebagai kondisi yang ringan. Padahal, jika yang terjadi adalah disentri, maka penanganan yang dibutuhkan lebih kompleks dan berisiko tinggi jika terlambat ditangani.


Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengetahui perbedaan antara diare dan disentri guna menentukan kapan harus mengambil langkah perawatan di rumah dan kapan harus segera membawa bayi ke dokter. 


Selain itu, penting juga bagi orangtua untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memicu kedua kondisi ini. Dengan begitu, orangtua bisa melakukan upaya pencegahan dan bayi terhindar dari risiko dehidrasi atau komplikasi serius lainnya yang dapat mengancam kesehatannya.


Apa Itu Diare dan Disentri pada Bayi?


Melansir WebMD, diare pada bayi adalah kondisi di mana frekuensi buang air besar meningkat dan tinja yang dikeluarkan lebih cair dari biasanya. Diare dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti infeksi virus, reaksi alergi terhadap makanan, atau akibat penggunaan obat-obatan tertentu. 


Pada umumnya, diare dianggap sebagai masalah pencernaan yang relatif ringan, namun orangtua tetap perlu memberikan perhatian agar diare tidak berkembang menjadi kondisi yang lebih serius.


Di sisi lain, melansir Cleverland Clinic, disentri merupakan kondisi diare yang lebih parah dan disertai dengan adanya darah atau lendir dalam tinja. Disentri biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Shigella atau parasit seperti Entamoeba histolytica. 


Kondisi ini menimbulkan peradangan pada dinding usus, yang membuatnya lebih berbahaya dibandingkan dengan diare biasa. Disentri memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah komplikasi yang dapat membahayakan nyawa bayi. Disenteri juga dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:


  1. Disentri amuba (amoebiasis)
    Disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica, disentri amuba terjadi ketika amuba ini menyerang dinding usus besar, menyebabkan ulserasi dan peradangan. Gejalanya meliputi diare berdarah, nyeri perut, dan demam. Infeksi ini sering terjadi di daerah dengan sanitasi yang buruk.
  2. Disentri basiler
    Disebabkan oleh bakteri seperti Shigella, disentri basiler lebih umum terjadi daripada disentri amuba. Infeksi ini menyebabkan peradangan usus besar, menghasilkan diare berair atau berdarah, demam, dan kram perut. Penularannya biasanya melalui makanan atau air yang terkontaminasi.


Gejala dan Penyebab Diare pada Bayi


Diare pada bayi ditandai dengan tinja yang lebih cair dari biasanya dan peningkatan frekuensi buang air besar. Tinja yang keluar sering kali berwarna lebih terang dan bisa disertai dengan gas atau bau yang lebih tajam. Selain itu, bayi mungkin juga menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan, seperti rewel, kembung, atau menangis lebih sering dari biasanya.


Pada beberapa kasus, diare dapat disertai dengan muntah, meskipun tidak selalu terjadi. Gejala lain yang mungkin muncul termasuk kemerahan pada area sekitar anus akibat sering buang air besar, serta kulit yang lebih kering karena kehilangan cairan.


Diare pada bayi biasanya disebabkan oleh infeksi virus, dengan rotavirus dan adenovirus menjadi penyebab yang paling umum. Virus-virus ini dapat menyebar melalui kontak langsung dengan penderita lain atau melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. 


Bayi yang mengonsumsi makanan atau minuman yang tidak bersih atau telah terkontaminasi bakteri juga berisiko mengalami diare. Selain infeksi, diare pada bayi juga dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu, seperti susu sapi atau gluten.


Gejala dan Penyebab Disentri pada Bayi


Disentri pada bayi umumnya ditandai dengan gejala yang lebih parah dibandingkan diare biasa. Gejala utama yang membedakan disentri adalah adanya darah atau lendir dalam tinja, yang menunjukkan adanya peradangan serius pada usus. 


Bayi yang menderita disentri biasanya juga mengalami nyeri perut yang hebat, yang ditandai dengan bayi yang rewel, sering menangis, dan mungkin menggeliat kesakitan.


Selain itu, disentri sering disertai dengan demam tinggi, yang menandakan adanya infeksi bakteri atau parasit yang serius dalam tubuh. Si Kecil juga dapat mengalami penurunan nafsu makan, muntah, serta kelemahan umum karena tubuhnya berjuang melawan infeksi. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan dehidrasi parah dan komplikasi lainnya.


Penyebab utama disentri pada bayi adalah infeksi bakteri, seperti Shigella atau infeksi parasit, seperti Entamoeba histolytica. Bakteri dan parasit ini biasanya masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. 


Lingkungan yang kurang higienis atau sanitasi yang buruk juga meningkatkan risiko bayi terkena disentri, karena patogen mudah menyebar di kondisi seperti ini.


Dampak dan Risiko Diare dan Disentri pada Bayi


Jika tidak diobati dengan baik, diare dapat menyebabkan dehidrasi, yang sangat berbahaya bagi bayi. Dehidrasi pada bayi bisa terjadi dengan cepat karena tubuh mereka kehilangan banyak cairan melalui tinja yang cair. 


Tanda-tanda dehidrasi meliputi mulut kering, mata cekung, kulit yang kering, serta penurunan frekuensi buang air kecil. Orang tua perlu waspada dan segera memberikan cairan yang cukup atau membawa bayi ke dokter jika gejala dehidrasi mulai muncul.


Disentri, dengan infeksi yang lebih serius, dapat menyebabkan komplikasi yang lebih berbahaya jika tidak segera diobati. Selain dehidrasi, disentri dapat menimbulkan komplikasi seperti abses hati, infeksi darah, dan bahkan gagal ginjal. 


Dalam kasus yang parah, infeksi bakteri dapat menyebar ke organ lain, mengakibatkan kondisi yang dapat mengancam nyawa. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk segera mencari pertolongan medis jika bayi menunjukkan tanda-tanda disentri.


Pencegahan Diare dan Disentri pada Bayi


Untuk mencegah diare, orangtua perlu memperhatikan kebersihan tangan, terutama sebelum menyiapkan makanan atau menyusui bayi. Pastikan juga bahwa makanan yang diberikan kepada bayi sudah diolah dengan baik dan aman untuk dikonsumsi. 


Pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama juga dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh bayi, sehingga ia lebih terlindungi dari berbagai infeksi. Orangtua juga harus waspada karena diare bisa menular melalui infeksi virus, bakteri, atau parasit.


Pencegahan disentri membutuhkan upaya yang lebih intensif, terutama dalam menjaga sanitasi lingkungan. Pastikan air yang digunakan untuk minum dan memasak selalu bersih dan aman. 


Hindari juga kontak dengan orang yang sedang mengalami infeksi disentri, karena penyakit ini sangat mudah menular. Dengan menjaga kebersihan dan sanitasi yang baik, risiko bayi terkena disentri dapat diminimalisir.


Nah, demikianlah penjelasan mengenai perbedaan diare dan disentri pada bayi. Dengan mengetahui perbedaan antara diare dan disentri pada bayi orangtua bisa menangani kondisi ini dengan tepat. 


Leave A Comment