Welcome, Mom/Dad!
google_button Or please Login / Register!
Dongeng Time: Si Burung Merak dan Si Burung Pipit

Dongeng Time: Si Burung Merak dan Si Burung Pipit

Di sebuah hutan yang indah, hiduplah dua burung yang sangat berbeda. Si Burung Merak dengan bulu-bulu yang indah dan berwarna-warni, serta Si Burung Pipit yang kecil dan bersahaja dengan bulu cokelatnya yang sederhana. Mereka sering bertemu di sekitar danau di tengah hutan untuk minum dan beristirahat.

Pada suatu hari yang cerah, Si Burung Pipit sedang bernyanyi riang di atas dahan pohon. Suaranya yang merdu mengisi udara pagi itu. Tak lama kemudian, Si Burung Merak datang dengan sayapnya yang lebar, dan ia menggelar bulu ekornya yang memukau seperti kipas besar.


Burung Merak: "Selamat pagi, Si Burung Pipit. Apa yang sedang kau lakukan?"


Burung Pipit: "Selamat pagi, Burung Merak. Aku sedang bernyanyi, menikmati pagi yang indah ini."


Burung Merak: (tertawa kecil) "Ah, suaramu memang merdu, tapi lihatlah aku! Bukankah bulu-buluku ini jauh lebih indah daripada suara kecilmu itu?"


Burung Pipit: (tersenyum lembut) "Memang benar, bulu-bulumu sangat indah, Burung Merak. Namun, setiap makhluk memiliki kelebihan masing-masing. Aku merasa bahagia dengan suaraku yang bisa membuat pagi ini lebih cerah."


Burung Merak merasa bangga dan sedikit sombong dengan keindahan bulu-bulunya. Ia sering berjalan dengan angkuh di depan burung-burung lain, menunjukkan bulu-bulunya yang mempesona. Sementara itu, Si Burung Pipit tetap rendah hati dan selalu berbagi keceriaan dengan nyanyiannya.


Suatu hari, terdengar kabar bahwa Raja Hutan, seekor Singa yang bijaksana, mengadakan perlombaan untuk memilih burung dengan bakat paling unik. Semua burung di hutan diundang untuk ikut serta. Burung Merak yakin bahwa ia akan memenangkan perlombaan tersebut dengan keindahan bulu-bulunya.


Pada hari perlombaan, semua burung berkumpul di tengah hutan. Si Burung Merak tampil pertama. Ia menggelar bulu ekornya dengan anggun dan berjalan dengan penuh percaya diri di hadapan Raja Hutan.


Raja Hutan: "Wah, bulu-bulumu memang sangat indah, Burung Merak. Siapa yang akan tampil berikutnya?"


Kemudian, Si Burung Pipit maju ke depan. Ia merasa gugup, tapi ia menguatkan hatinya. Dengan suara merdunya, ia mulai bernyanyi. Lagu yang dibawakan oleh Si Burung Pipit begitu indah dan menyentuh hati semua yang mendengarnya, termasuk Raja Hutan.


Raja Hutan: (tersenyum) "Nyanyianmu sungguh luar biasa, Burung Pipit. Kau memiliki bakat yang unik dan sangat berharga."


Burung Merak merasa tersingkir dan kecewa. Ia mendekati Si Burung Pipit setelah perlombaan selesai.


Burung Merak: (dengan wajah sedih) "Maafkan aku, Burung Pipit. Aku telah meremehkanmu. Ternyata, keindahan tidak hanya terletak pada penampilan luar saja. Suaramu telah mengajarkan aku arti sebenarnya dari keindahan."


Burung Pipit: (tersenyum hangat) "Tak apa, Burung Merak. Setiap makhluk memiliki keindahan tersendiri. Aku senang kita bisa belajar dari satu sama lain."


Sejak saat itu, Burung Merak dan Burung Pipit menjadi sahabat baik. Mereka saling menghargai dan mendukung satu sama lain. Burung Merak belajar untuk lebih rendah hati, sementara Burung Pipit merasa lebih percaya diri dengan bakatnya. Mereka sering tampil bersama, memperlihatkan keindahan bulu dan suara mereka kepada semua penghuni hutan.


Dan hutan itu pun menjadi tempat yang penuh dengan harmoni dan kebahagiaan, berkat persahabatan mereka yang tulus.


Leave A Comment