Welcome, Mom/Dad!
google_button Or please Login / Register!
Dongeng Time: Si Kodok dan Lagu Hujan

Dongeng Time: Si Kodok dan Lagu Hujan

Di sebuah desa yang damai, tinggallah seekor kodok bernama Koko. Koko sangat menyukai hujan. Setiap kali hujan turun, Koko akan keluar dari rumahnya di tepi kolam dan bernyanyi gembira.

Suatu hari, langit mulai mendung dan tanda-tanda hujan mulai terlihat. Koko segera bersiap-siap. Dia melompat ke atas daun teratai favoritnya di tengah kolam dan menunggu tetes-tetes air turun dari langit.


Koko: "Aku merasa hujan akan turun sebentar lagi. Betapa bahagianya aku bisa bernyanyi lagi!"


Tidak lama kemudian, hujan pun turun. Tetesan air pertama mengenai daun teratai, membuat suara gemericik yang merdu. Koko mulai bernyanyi.


Koko: "Ribbit, ribbit, ribbit... Hujan turun, bumi segar, ribbit, ribbit... air menyegarkan!"


Suara nyanyian Koko ternyata terdengar oleh hewan-hewan lain di sekitar kolam. Mereka semua merasa terhibur dengan nyanyian Koko dan mulai berdatangan untuk mendengarkannya.


Di antara penonton, ada seekor kura-kura tua bernama Tutu yang dikenal bijaksana.


Tutu: "Koko, suaramu sangat indah. Kau membawa keceriaan saat hujan turun."


Koko: "Terima kasih, Tutu. Aku sangat menyukai hujan. Rasanya damai dan menyegarkan."


Seekor burung kecil yang sedang berteduh di bawah daun besar juga menyela.


Burung: "Nyanyianmu membuatku lupa akan dinginnya hujan, Koko. Aku berharap bisa bernyanyi seindah dirimu."


Koko: "Terima kasih, teman-teman. Aku hanya bernyanyi dari hati. Hujan memberikan inspirasi bagiku."


Sementara mereka berbincang, hujan semakin deras. Pohon-pohon bergoyang, dan air kolam naik. Tutu si kura-kura memandang ke langit dan kemudian berbicara dengan nada serius.


Tutu: "Koko, apakah kau tahu bahwa hujan juga bisa membawa bahaya? Air yang terlalu banyak bisa menyebabkan banjir."


Koko: "Oh, benarkah? Aku selalu berpikir hujan hanya membawa kebaikan."


Tutu: "Hujan memang berkah, tetapi kita harus selalu waspada. Air yang terlalu banyak bisa menggenangi rumah kita. Kita harus bersiap."


Mendengar ini, Koko menjadi cemas. Dia tidak ingin hujan yang dicintainya membawa malapetaka. Dia segera berpikir untuk melakukan sesuatu.


Koko: "Apa yang harus kita lakukan, Tutu? Bagaimana kita bisa mencegah banjir?"


Tutu: "Kita harus membuat saluran air dan bendungan kecil di sekitar kolam. Dengan begitu, air hujan bisa mengalir dengan lancar dan tidak menggenangi tempat tinggal kita."


Koko dan hewan-hewan lainnya segera bekerja sama. Mereka membuat parit-parit kecil dan menumpuk tanah untuk membuat bendungan. Tidak lama kemudian, hujan berhenti dan matahari muncul kembali. Kolam pun menjadi lebih indah dengan aliran air yang teratur.


Koko: "Terima kasih atas bantuan dan nasehatmu, Tutu. Sekarang aku tahu bahwa hujan adalah anugerah yang harus dijaga."


Tutu: "Sama-sama, Koko. Kita semua belajar sesuatu hari ini. Hujan memang indah, tapi kita harus selalu siap untuk segala kemungkinan."


Sejak saat itu, Koko tidak hanya bernyanyi saat hujan, tetapi juga selalu memastikan kolam dan sekitarnya aman dari banjir. Dia belajar bahwa menjaga keseimbangan alam adalah hal yang penting.


Dan setiap kali hujan turun, Koko masih bernyanyi, tapi kini dia tahu bahwa tugasnya adalah lebih dari sekadar menyanyi. Dia juga bertanggung jawab menjaga desanya tetap aman dan nyaman.


Koko: "Ribbit, ribbit, ribbit... Hujan turun, bumi segar, ribbit, ribbit... air menyegarkan, dan kita tetap berjaga..."


Dongeng ini berakhir dengan Koko yang tetap ceria dan penuh tanggung jawab, diiringi nyanyian hujan yang membawa kedamaian bagi seluruh penghuni desa.


Leave A Comment