Welcome, Mom/Dad!
google_button Or please Login / Register!
5 Tantangan Menjadi Ayah Baru, Jangan Kaget Ya!

5 Tantangan Menjadi Ayah Baru, Jangan Kaget Ya!

“Kenapa bayi nangis terus ya? udah bener belum cara gendong bayinya? Harus ganti popok berapa kali sehari?”

Hal-hal seperti ini, mungkin sering kita anggap cuma jadi kebingungan seorang Mama baru, padahal seorang Ayah pun nggak jarang mengalami kebingungan yang sama. Tantangan menjadi Ayah baru selama ini memang belum banyak dibicarakan, padahal sama-sama menantang juga ya, Dad!


Sebagai seseorang yang menjalani peran dan tanggung jawab baru, Ayah pasti juga mengalami fase adaptasi dengan rutinitas baru merawat bayi, perubahan kondisi dari segi waktu, keuangan, dan sebagainya. Bingung, cemas dan khawatir tentang hal-hal yang belum pernah ayah temui sebelumnya.


Eits, tapi jangan sampai kekhawatiran Willow Dad jadi pemicu stres ya. Mengutip dari Parents.com, dalam Journal of American Medical Association menemukan bahwa 10 persen pria di seluruh dunia menunjukkan tanda-tanda depresi dari trimester pertama kehamilan istri mereka hingga enam bulan setelah anak lahir. Jumlahnya naik menjadi 26 persen selama periode tiga hingga enam bulan setelah kelahiran bayi. Yuk, simak terus artikel berikut!


Tantangan menjadi Ayah Baru dan Cara Mengatasinya

Menjalani peran Ayah baru bukanlah perkara sepele. Banyak tantangan dan masalah baru yang sangat berpotensi membuat Ayah mengalami depresi. Berikut beberapa tantangan selama menjalani peran ayah baru yang jamak ditemui dan apa saja yang bisa ayah lakukan untuk mengatasinya:

  1. Proses adaptasi cara merawat bayi

    Tantangan peran menjadi Ayah baru biasanya seputar cara merawat bayi baru lahir, mulai dari cara menggendong, memandikan, belajar mengenal penyebab kenapa bayi menangis, dan masih banyak lainnya.
    Sejak merencanakan kehamilan bersama Mama, Ayah bisa mulai mencari tahu cara merawat dan mendidik anak dari berbagai referensi.
    Misalnya, konsultasi kepada dokter, baca buku, sharing kepada orang tua atau teman yang lebih berpengalaman, bahkan informasi cara merawat anak juga bisa diakses secara online, lho.

  2. Komentar dari orang terdekat

    Biasanya nih, Mama-Mama sering mendapat komentar yang kurang enak didengar tentang cara merawat bayi. Belum lagi kalau ada keluarga terdekat yang percaya mitos tentang merawat bayi.
    Komentar yang bikin kurang nyaman mungkin bisa Ayah temui juga saat sedang membantu Mama merawat bayi. Karena itu penting banget bagi Willow Mom & Dad untuk mengedukasi diri sedini mungkin (bahkan sejak masa kehamilan), supaya bisa saling support dan percaya diri menghadapi berbagai “komentar” dari orang-orang sekitar.

  3. Kebutuhan dan pengeluaran bertambah

    Meski mungkin hal ini sudah diantisipasi sejak Willow Mom and Dad memutuskan memiliki anak, tapi bisa jadi ada hal-hal di luar dugaan yang ternyata juga mempengaruhi pengeluaran sehari-hari.
    Biasanya, hal ini hanya butuh penyesuaian saja, kok. Ayah bisa coba mengatur pengeluaran sesuai prioritas, ajak istri berdiskusi juga untuk membuat kesepakatan bersama tentang “pos-pos” keuangan rumah tangga. Kelola keuangan dengan cara mencatat pengeluaran setiap hari juga sangat bermanfaat lho!

  4. Waktu tidur dan me-time berkurang

    Jangan kaget ya, Pa! Rutinitas menjadi Ayah baru juga membuat waktu tidur berkurang. Sering ikut bangun tengah malam membantu ganti popok dan menemani istri menyusui anak.
    Belum lagi biasanya pulang kerja Ayah masih ada waktu bertemu teman-teman, sekarang harus langsung pulang karena membantu Mama menjaga anak.
    Untuk mengatasi hal ini, cara paling ampuh adalah dengan menata mindset kembali. Meski mungkin tantangan ini sulit dihindari sejak punya anak, tapi bila kita melihat jangka waktu panjang, fase ini tuh nggak bakal berlangsung lama lho, Pa.
    Akan tiba saatnya, anak kita tumbuh lebih mandiri, apa-apa bisa sendiri, bahkan menghabiskan lebih banyak waktu untuk kesibukan dan bersama teman-temannya. Jadi, dinikmati dulu yuk fase ini, karena momen-momen berharga bersama anak yang nggak akan terulang lagi.
    Bila memungkinkan, coba atur jadwal juga bareng Mama, supaya Papa dan Mama bisa sama-sama punya waktu istirahat dan me-time yang cukup untuk recharge energi dan pikiran dalam mengurus anak.

  5. Menjadi Role Model bagi Anak

    Anak terlahir bagaikan kertas kosong yang siap diwarnai, dan memang, menjadi role model yang baik untuk mewarnai kertas kosong ini bukanlah hal yang sederhana.
    Apa yang dilakukan oleh orang tua adalah contoh bagi anak. Lumayan menantang ya, Pa, tapi bukan nggak mungkin untuk dijalani dengan baik, kok.
    Untungnya, di era digital saat ini, sudah banyak akses untuk Papa dan Mama belajar tentang ilmu-ilmu parenting dengan mudah.
    Papa bisa mengajak Mama untuk mengikuti webinar, kelas-kelas parenting, membaca buku atau artikel-artikel digital seputar parenting, dan diskusi bareng tentang tumbuh kembang anak.


Menjadi Ayah yang Bahagia


Dalam menjalani tantangan-tantangan di atas, sebagai ayah baru, mungkin akan ada hari-hari yang mengecewakan dan melelahkan. Sudah coba dijalani dan diatasi, tapi hasilnya belum sesuai ekspektasi.


Coba berbagi dengan istri tentang perasaan yang dialami Papa. Berdiskusi tentang cara merawat anak dan membuat jadwal mengerjakan urusan domestik bersama. Apresiasi juga pencapaian-pencapaian kecil yang sudah Papa dapat! Berdamai dengan diri sendiri apabila banyak hal yang belum berjalan sesuai rencana, karena setiap proses itu berharga.


Ingatlah bahwa proses menjadi ayah adalah lifetime learning. Sehingga peran ayah bukanlah menjadi sempurna, tetapi terus berjuang yang terbaik untuk menjadi ayah andalan keluarga!


Leave A Comment