Di sebuah desa yang dipenuhi oleh para peternak, hiduplah seorang peternak tua yang memiliki seekor kuda dan keledai.
Kedua binatang itu ia jadikan sebagai hewan angkut untuk membawa rumput-rumput dari kebun di belakang rumahnya menuju peternakan sapi miliknya. Akan tetapi, untuk sampai kesana, peternak tua membebankan lebih banyak rumput untuk si kedelai.
“Kasihan sekali kau, peternak itu memang lebih menyayangiku, sehingga dia tidak ingin aku mengangkut rumput yang banyak.” Kuda meledek kedelai saat peternak tua baru saja meletakkan berkarung-karung rumput di atas tubuhnya. Jumlahnya lebih banyak daripada yang harus dibawa oleh kuda.
“Tidak apa-apa, aku senang bisa membantu dia,” balas keledai dengan ikhlas.
Peternak selalu melakukan hal itu dari hari ke hari tanpa istirahat. Sayangnya, keledai mulai merasa lelah dan tidak sanggup untuk membawa lebih banyak beban. Pada suatu hari, sebelum sang peternak mengunjungi kandang keledai dan kuda, keledai mendekat ke arah kuda yang baru saja terbangun dari tidurnya.
“Wahai kuda, bisakah kau membantuku hari ini. Aku merasa tubuhku sangat sakit sekali.” mohon keledai.
“Apa? Itu urusanmu. Aku tidak peduli.” Kuda langsung menolak permohonan keledai, bahkan sebelum temannya itu menjelaskan berapa banyak bantuan yang dia butuhkan.
“Tolong bantu aku, sekali ini saja. Aku benar-benar tidak sanggup untuk membawa banyak karung rumput hari ini.” mohon keledai sekali lagi.
Kuda hanya menertawakan keledai yang tampak sangat lemas pada saat itu. Tidak lama setelahnya, peternak tua datang ke kandang kuda dan kedelai. Ia membawa satu per satu karung dari kebun belakang untuk mendekat ke arah kandang. Setelah semuanya terkumpul, seperti biasa, satu karung diikat di pinggang kuda, sementara 5 karung diangkat oleh keledai.
Kedelai berusaha untuk tetap bersemangat membawa rumput itu. Dia berjalan dengan sangat pelan daripada hari-hari sebelumnya. Melihat itu, kuda semakin gemar meledek keledai.
“Kau memang hewan yang lemah. Tidak sekuat aku.” Dengan sombongnya, kuda memacu kakinya untuk berjalan lebih cepat.
Akhirnya, keledai tidak bisa lagi menahan rasa sakit yang sudah berpindah menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia terjatuh, tidak sadarkan diri, lalu mati. Peternak tua yang melihat itu menjadi terkejut. Ia tidak menyangka bahwa keledainya sangat lelah.
Dia segera menepikan tubuh kedelai dan meminta salah satu peternak yang berada tidak jauh darinya untuk mengubur keledai itu. Kuda yang sempat berada jauh di depan kedelai juga sama terkejutnya melihat temannya itu telah mati.
“Aku tidak punya pilihan. Sekarang menjadi giliranmu membawa semua karung ini.” Peternak segera meletakkan 5 karung yang dibawa keledai ke atas punggung kuda.
Kuda pun merasakan rasa sakit dan lelah yang dirasakan oleh keledai selama ini. Karena tidak mau membantu temannya itu, kuda harus menanggung semua beban. Dia menyesal dan merasa bersedih atas kematian keledai.
Same In Category
- Yuk, Siapkan Perlengkapan Musim Hujan untuk Si Kecil
- Yuk, Pelajari Cara Mempercepat Pembukaan 1 Ke 10 Agar Persalinan Lancar
- Yuk, Ketahui Posisi Tidur Bayi agar Tidak Gumoh!
- Yuk, Kenali Cara Mendeteksi dan Penyebab Bayi Terlilit Tali Pusar
- Yuk, Kenalan dengan Metode Gentle Birth!
- Yang Cepat Tak Selalu Baik, Ini Bahaya Bayi Duduk Sebelum Waktunya
- Willow Mom, Ini Dia Cara Mengatasi Biang Keringat Pada Bayi
- Waspadai Penyakit yang Timbul setelah Anak Berenang
- Waspadai Ancaman Hepatitis Akut Misterius yang Menyerang Anak
- Waspada! Mengenal Cacar Monyet, Wabah yang Berasal dari Afrika
Related Blogs By Tags
- Tips Agar Bayi Tidak Mudah Takut pada Orang Asing
- Si Kecil Menolak Makan Kalau Nggak Sambil Nonton, Bagaimana Sih Mengatasinya?
- Si Burung Hantu Penjaga Hutan
- Inilah 4 Jenis Pola Asuh Anak, Mana yang Willow Mom Pilih?
- Dongeng: Rumah Kecil di Padang Rumput
- Dongeng: Ali Baba dan Empat Puluh Pencuri
- Dongeng Time: Wortel yang Sangat Besar
- Dongeng Time: Ulat Bulu yang Lapar
- Dongeng Time: Tupai yang Sombong
- Dongeng Time: Tiga Babi Kecil dan Serigala
Leave A Comment