Welcome, Mom/Dad!
google_button Or please Login / Register!
Dongeng Time: Gadis Kecil Penjual Korek Api

Dongeng Time: Gadis Kecil Penjual Korek Api

Di suatu malam natal, salju turun amat deras. Perlahan menutupi seisi kota hingga dipenuhi warna putih. Angin pun mulai berhembus kencang, membuat semua orang bergegas pulang. Apalagi ini adalah malam natal. Malam yang indah untuk dirayakan bersama keluarga.

Semua orang mulai meninggalkan jalanan kota, terkecuali seorang gadis kecil penjual korek api yang masih menawarkan korek apinya kepada pejalan kaki. Sudah dari tadi pagi ia berjualan, namun tidak ada satupun yang mau membelinya.


Gadis kecil mengenakan pakaian compang-camping dan sepatu boots yang hampir rusak. Ia terpaksa berjualan korek api hingga malam karena ayahnya. Gadis kecil tersebut akan dimarahi dan dipukuli oleh ayahnya jika ia tidak berhasil menjual korek apinya.


Meski udaranya dingin dan perutnya mulai berbunyi tanda lapar, ia tetap mencoba menjual batang-batang korek apinya.


“Mau beli korek api?”, tanyanya pada seorang pria tua.


“Ibu, belilah korek api ini”, kata gadis kecil pada seorang ibu berbaju merah.


“Aku tidak butuh korek api karena di rumah ada banyak”, lanjutnya sambil berusaha menjual korek api.


Namun sayang masih belum ada seorang pun yang mau membeli korek api dari gadis itu. Gadis kecil itu mulai membayangkan apa yang nanti ayahnya lakukan ketika ia pulang ke rumah.


“Tidak! Tidak, aku harus mencoba menjualnya lagi. Aku tidak boleh menyerah, aku tidak boleh membuat ayah kecewa”, ucapnya sambil menguatkan diri sendiri.


Gadis kecil itu pun segera berjalan menghampiri orang yang berlalu-lalang di jalanan kota itu. Ia mencoba menawarkan korek api pada sebuah keluarga kecil, namun mereka sama sekali tidak menghiraukannya. Gadis kecil itu kembali berjalan. Ia ingin pulang ke rumah. Ia juga ingin merayakan natal seperti orang lain.


Dari balik sebuah jendela. Gadis kecil melihat sebuah keluarga yang merayakan malam natal dengan bahagia dan hangat. Ada tungku api disana, makanan yang enak, dan keluarga yang bahagia. Gadis kecil mendambakan hal tersebut, ia juga menginginkan momen kehangatan natal bersama keluarganya.


“Andai saja Ibu dan Nenek masih ada. Ketika masih ada Ibu dan Nenek aku dapat merasakan hal seperti ini”, ucap Gadis kecil dalam hati.


Malam semakin larut, dan salju turun semakin deras. Kaki gadis kecil kedinginan, perutnya kelaparan. Ia sudah tidak sanggup untuk berjalan lagi.


“Mungkin lebih baik jika aku beristirahat sebentar disini”, pikir sang Gadis kecil, lalu duduk di depan sebuah pertokoan.


Sambil menggigil kedinginan, gadis itu duduk tertimpa curahan salju. Perutnya terasa lapar dan sudah tidak bisa bergerak. Gadis yang kedinginan itu, menghembus-hembuskan nafasnya ke tangan. Tetapi, itu tidak menghangatkannya.


Gadis kecil takut pulang ke rumah. Ia belum berhasil menjual satu batang pun korek api. Entah apa yang akan terjadi jika ia pulang. Lagi pula di rumah sangatlah dingin. Angin berhembus dari segala penjuru.


“Mungkin kalau aku menyalakan korek api ini, mungkin akan sedikit terasa hangat”, pikirnya lalu menyalakan sebatang korek api sambil gemetar kedinginan dengan menggosokkannya di dinding.


Tiba-tiba saja dari dalam nyala api muncul sebuah penghangat.


“Oh, hangatnya”, ucap gadis itu sambil mengangkat tangannya ke arah tungku pemanas.


Namun, tidak lama angin berhembus dan nyala korek api pun padam. Tungku pemanas tersebut pun ikut menghilang. Gadis itu kemudian menyalakan batang korek api yang kedua. Kali ini dalam nyala api muncul aneka macam hidangan.


Di depan matanya, berdiri sebuah meja yang penuh dengan makanan hangat. “Wow! Semua terlihat sangat enak”, ucap Gadis kecil penuh semangat.


Di meja makan tersebut terdapat seekor angsa panggang yang masih hangat. Gadis kecil berusaha menjangkau, namun tiba-tiba apinya kembali padam dan hidangan itu menghilang. Gadis itu segera mengambil korek api yang ketiga, lalu menyalakannya lagi.


Tiba-tiba gadis itu sudah berada di bawah sebuah pohon natal yang besar dan megah. Ada banyak hiasan lampu warna-warni pada pohon natal tersebut.


“Wow! Lebih indah daripada pohon natal yang terlihat di jalan tadi”, Gadis kecil kegirangan.


Gadis itu tanpa sadar menjulurkan tangannya, lalu korek api bergoyang tertiup angin. Tetapi, cahaya lilin itu naik ke langit dan semakin redup. Lalu, berubah menjadi bintang yang sangat banyak. Salah satu bintang itu dengan cepat menjadi bintang beralih.


“Wah, malam ini ada seseorang yang mati dan pergi ke tempat Tuhan, ya. Waktu Nenek masih hidup, aku diberitahu olehnya”, katanya di dalam hati.


Sambil menatap ke langit, Gadis kecil itu teringat kepada Neneknya yang baik hati. Ia lalu menyalakan kembali sebatang korek api. Dari dalam chaya api muncul wujud Nenek yang dirindukannya. Sambil tersenyum manis, Nenek menjulurkan tangannya ke arah gadis itu.


“Nenek!”, Gadis kecil terkejut dapat melihat neneknya kembali.


Terasa seperti mimpi, ia pun segera melompat ke dalam pelukan sang Nenek.


“Oh, Nenek, sudah lama aku ingin bertemu. Kenapa Nenek pergi meninggalkan seorang diri? Jangan pergi lagi. Bawalah aku pergi ke tempat Nenek”, ucapnya.


Namun, tiba-tiba saja korek api yang dibakar gadis itu mulai meredup.


“Ah, kalau apinya mati, Nenek pun akan pergi juga. Seperti tungku pemanas dan makanan tadi”, ucapnya dengan sedih.


Gadis itu pun segera mengumpulkan korek api yang tersisa, lalu menggosokkan semuanya. Gulungan korek api itu terbakar dan menyinari sekitarnya seperti siang hari. Nenek kembali datang dan memeluk gadis itu dengan erat. Nenek pun menggenggam erat tangan sang Gadis kecil. Karena kebingungan, ia pun bertanya.


“Nenek, kita mau kemana?”, tanya Gadis kecil.


“Aku akan mengajakmu ke surga. Ibumu sudah menyiapkan makanan yang enak disana untukmu”, jawab Neneknya.


Gadis kecil itu terus menyalakan korek apinya. Ia tak mau neneknya kembali meninggalkannya.


Saat korek api terakhir habis, si gadis kecil pun pergi bersama neneknya ke surga. Keesokan harinya, penduduk melihat tubuh gadis kecil yang sudah kaku dengan korek api yang berserakan. Mereka merasa iba dengan gadis yang meninggal itu.


Leave A Comment