Welcome, Mom/Dad!
google_button Or please Login / Register!
Keputihan saat Hamil, Manakah yang Normal dan Berbahaya?

Keputihan saat Hamil, Manakah yang Normal dan Berbahaya?

Keputihan saat hamil sering kali menjadi hal paling mengkhawatirkan. Beberapa ibu pun sempat bertanya, normalkah keputihan saat hamil?

Mengalami keputihan saat hamil adalah hal yang normal kok, Willow Mom. Penyebabnya adalah hormon estrogen yang meningkat drastis saat hamil. Tapi, sebagaimana keputihan pada umumnya, hal ini juga bisa menjadi berbahaya jika ditunjukkan dengan warna dan aroma yang tidak biasa.


Apakah keputihan saat hamil berbahaya?


Keputihan atau fluor albus merupakan cairan tambahan yang dikeluarkan oleh vagina. Cairan ini diproduksi akibat adanya aliran darah ke vagina dan berfungsi untuk mencegah infeksi atau masuknya bakteri dari vagina ke dalam rahim.


Semakin tua usia kehamilan, biasanya produksi lendir juga akan semakin banyak, terutama menjelang hari persalinan. Hal ini disebabkan karena kepala bayi mulai menekan serviks Willow Mom. Keputihan dapat dikatakan normal apabila:


  1. Berwujud lendir bening seperti putih telur. Saat kering pada celana, biasanya akan terlihat kekuningan.
  2. Tidak diikuti rasa gatal.
  3. Memiliki aroma yang normal, bukan aroma yang tidak sedap.
  4. Tidak menyebabkan nyeri pada panggul.


Keputihan Berisiko Menyebabkan Infeksi pada Vagina


Keputihan yang diikuti dengan warna kekuningan dan aroma tidak sedap, dapat menjadi pertanda adanya penyakit atau infeksi pada vagina. Jika Willow Mom mengalami ciri-ciri yang dijabarkan di bawah ini, harap segera memeriksakannya ke dokter ya. Terdapat empat infeksi yang umumnya terjadi saat hamil:


  1. Vaginosis Bacterial
    Infeksi ini terjadi karena tumbuhnya bakteri secara berlebihan pada vagina akibat perubahan hormon yang ekstrim. Biasanya, vaginosis bakterialis diikuti dengan gejala: lendir berwarna abu-abu keputihan atau putih kusam, nyeri saat buang air kecil, gatal berlebihan di sekitar vagina, aroma cenderung amis, dan nyeri saat berhubungan.
    Jika penyakit ini tidak ditangani dengan baik, infeksi bakteri ini bisa menyebabkan bayi lahir prematur atau dengan berat badan kurang. Penanganan vaginosis bakterialis ini biasanya memerlukan pengobatan antibiotik supaya tubuh bisa kebal terhadap bakteri.

  2. Infeksi Jamur
    Selain bakteri, peningkatan hormon juga memicu pertumbuhan jamur candida albicans. Gejala dari infeksi jamur pada vagina diantaranya: lendir berwarna putih kekuningan atau kehijauan muncul dalam jumlah banyak, nyeri saat berhubungan seksual, vagina memerah dan rentan bengkak, vagina terasa panas atau terbakar saat aktivitas buang air kecil, nyeri pada panggul, dan gatal berlebihan pada vagina. Infeksi jamur ini dapat diatasi dengan obat antijamur.

  3. Trichomonas Vaginalis
    Bakteri ini menular melalui hubungan seksual. Beberapa gejalanya diantaranya: lendir berwarna kuning kehijauan, aroma lendir cenderung busuk atau amis, ada sensasi terbakar saat melakukan hubungan seksual, lendir keluar dalam jumlah banyak, rasa gatal berlebihan pada area vagina, dan nyeri saat berhubungan seksual.
    Biasanya, penanganan jenis infeksi bakteri ini dilakukan dengan pemberian antibiotik yang harus dikonsumsi serutin mungkin.

  4. Streptococcus Grup B (SGB)
    RIsiko terserang bakteri SGB jauh lebih besar dibandingkan risiko infeksi lainnya. Gejala infeksi bakteri SGB antara lain: urin berwarna keruh, selalu ingin buang air kecil namun sebenarnya tidak, dan ada sensasi panas pada vagina saat buang air kecil.
    Sayangnya, infeksi ini bisa menular ke bayi melalui aliran darah. Agar infeksi bakteri tidak berlanjut, biasanya dokter akan memberikan antibiotik selama masa kehamilan.


Cara Mencegah Keputihan saat Hamil


Beberapa cara untuk mengantisipasi keputihan saat hamil, antara lain:


  1. Hindari menggunakan bahan celana yang ketat dan kasar karena dapat menyebabkan iritasi serta infeksi jamur.
  2. Hindari menggunakan pewangi vagina agar sirkulasi menuju vagina dapat berjalan dengan lancar.
  3. Buang air kecil secara teratur. Saat membasuh, usahakan dimulai dari arah depan ke belakang agar bakteri dari anus tidak menyebar ke vagina.
  4. Konsumsi karbohidrat kompleks untuk mencegah terbentuknya sarang bakteri pada suatu bagian tertentu.


Leave A Comment