Welcome, Mom/Dad!
google_button Or please Login / Register!
Dongeng Time: Bangau yang Serakah dan Kepiting

Dongeng Time: Bangau yang Serakah dan Kepiting

  • reifita
  • Article
  • 2022-11-05
  • 2381
  • 0
Pada suatu hari, hiduplah seekor Bangau di sebuah hutan. Ia sering menghampiri kolam yang terdapat di hutan tersebut.

Di sana, ia menangkap ikan-ikan untuk dimakan. Hal tersebut membuat semua ikan membencinya. Ikan-ikan tidak suka ketika Bangau datang. Meski demikian, Bangau tidak peduli dan tetap berburu di kolam tersebut.


Menurut Bangau, ikan adalah makanan yang paling enak. “Ikan itu sangat lezat, nyman nyam”, ujar Bangau. Ia terus memburu ikan hingga perutnya terasa kenyang


Ketika sudah kenyang, Bangau kembali bermain dan beraktivitas. Ia berkeliling di udara hingga perutnya kembali terasa lapar.


“Aduh, perutku lapar. Ia sudah minta diisi dengan ikan-ikan yang lezat”, ujar Bangau.


Bangau bergegas menuju kolam favoritnya. Tanpa beristirahat, ia langsung berburu ikan.


Sayangnya, usaha Bangau tak kunjung membuahkan hasil. Ia tidak mendapatkan ikan satu pun. Sering kali ikan terlepas karena gerakannya yang lambat. Hal tersebut membuat dirinya sering terjatuh di dalam kolam.


“Aku lapar, tetapi diriku merasa begitu sakit. Aku tidak sanggup lagi menangkap ikan”, keluh Bangau dengan suara lemas. 


Kegagalan Bangau tersebut membuat para ikan di kolam berenang dengan bebas, bahkan ikan-ikan tersebut berani mendekati Bangau.


“Hei, jangan berenang ke sana! Di sana ada Bangau, nanti kamu bisa dimakan olehnya”, ucap Ikan Merah.


“Tenang, ia tidak bisa memakanku sejak dua minggu yang lalu. Aku selalu lolos saat ia mencoba memakanku”, kata ikan kuning.


Lalu, ikan kuning bergegas mendekati Bangau. Hal ini guna menunjukkan kepada ikan merah bahwa dirinya baik-baik saja walau mendekati Bangau. Ia mendekati Bangau secara perlahan, dan benar saja, Bangau mengejar ikan kuning, namun gagal menangkapnya. Sebab, ikan kuning lebih gesit untuk menyelamatkan diri.


“Lihat, aku tidak apa-apa, lho!”, ucap ikan kuning dengan nada yang bangga karena benar-benar selamat dari Bangau.


“Wah, kamu benar. Sepertinya sekarang Bangau sudah tidak bisa apa-apa lagi”, tutur ikan merah.


Beberapa hari berlalu, Bangau benar-benar tidak dapat menangkap ikan satu pun, dan ia pun semakin lemas. “Oh sial, dengan umur tua ini, bagaimana aku bisa makan? Aku sudah benar-benar merasa lapar karena tidak makan beberapa hari”, keluh Bangau dengan sedih.


Untuk mengatasi rasa laparnya, akhirnya sebuah ide cemerlang muncul di otaknya. ia merencanakan sesuatu agar bisa makan tanpa perjuangan menangkap ikan. “Aha, aku tahu harus apa!”, seru Bangau.


Ia memulai rencananya itu dengan menunjuk sisi kolam. Ia duduk dengan menunjukkan wajah yang sedih dan tidak tertarik untuk menangkap ikan. Penghuni laut lainnya, seperti ikan, katak, dan kepiting berpikir mengapa Bangau tidak berusaha menangkap makanan.


“Wah, Bangau terlihat sedih”, ucap ikan merah.


“Mungkin dia lapar”, jawab ikan kuning.


“Apakah dia akan mati?”, tanya ikan merah.


“Ntah lah”, jawab ikan kuning.


Kepiting yang sedang berada di sana mencoba menghampiri Bangau. “Halo Bangau tua, apa yang terjadi? Kau terlihat sedih”, ucap Kepiting.


“Aku mendengar berita buruk tentang kolam ini”, tutur Bangau dengan nada sedih.


“Berita buruk? Tentang apa itu?”, tanya Kepiting penasaran.


“Tidak, aku tidak berani mengatakannya padamu”, ujar Bangau.


“Ayolah, jika ini tentang kolam, kami perlu tahu, kami tinggal di sini juga”, desak Kepiting.


“Oke akan ku beritahu jika kau memaksa”, ucap Bangau.


“Aku mendapat kabar bahwa kolam ini akan kehabisan ikan, yang dimana itu adalah makananku”, lanjutnya.


“Tidak ada ikan? Mengapa?”, tanya Kepiting kebingungan.


“Aku mendengar orang-orang akan mengisi kolam ini dengan lumut dan menanam tanaman disini”, jelas Bangau.


“Ya ampun, itu sangat  buruk sekali. Aku harus beritahu yang lain”, ucap Kepiting sambil pergi menghampiri teman-temannya.


Kepiting langsung memberitahu kabar dari Bangau tersebut kepada ikan. “Apa? itu buruk sekali”, ujar ikan kuning.


“Lalu, kini kita harus melakukan apa?”, ujar ikan merah dengan nada yang ketakutan. Kini, semua khawatir dan bersedih. Semuanya tak tahu harus melakukan apa.


Mendengar kekhawatiran penghuni kolam, Bangau bergegas menghampiri mereka. “Jangan panik, semua ada jalan keluarnya!”, seru Bangau saat menghampiri penghuni kolam.


“Apa maksudmu, Bangau?”, tanya ikan kuning.


“Aku punya solusinya. Aku tahu kolam yang aman, namun letaknya sedikit jauh”, papar Bangau.


“Oh aku setuju! Tolong bawa kamu ke kolam itu”, ucap salah satu ikan di sana.


Akhirnya, semua yang ada di kolam itu setuju dengan ide Bangau.


“Tapi aku punya beberapa syarat”, kata Bangau.


“Apa?”, jawab ikan kuning.


“Aku harus beristirahat di perjalanan karena umurku yang sudah tua”, jelas Bangau.


“Oh tidak apa-apa, aku setuju”, ucap para ikan di kolam.


Setelah semua setuju, keesokan harinya Bangau mulai membawa ikan-ikan ke kolam baru yang ia janjikan. Ia membawa beberapa ikan di paruhnya. Bangau meminta izin untuk beristirahat sebentar di sebuah bukit. Saat mendarat dari terbangnya, Bangau tiba-tiba melempar semua ikan yang ada di paruhnya dan langsung memasukkannya ke dalam mulut untuk dimakan. Para ikan kaget, namun tidak bisa berbuat apa-apa.


“Akhirnya, laparku hilang”, ucap Bangau. ia beristirahat sebentar di bukit tersebut. ketika merasa lapar kembali, Bangau pergi ke kolam lagi. Sesampainya disana, Bangau membawa beberapa ikan lagi. 


Semua ikan berkumpul. Bangau bergegas memasukkan ikan-ikan tersebut ke dalam paruhnya dan terbang kembali. Di bukit itu, ia memakan kembali ikan yang dibawanya. Ia mengulang cara tersebut setiap merasa lapar. Cara tersebut membuat Bangau mendapatkan makanan tanpa harus repot-repot menangkap ikan. Kini, Bangau terlihat lebih sehat. Badannya pun semakin berisi.


Saat kembali ke kolam, Kepiting langsung menghampirinya. Ia ingin ikut pindah ke kolam baru. “Mohon bawa aku juga ke kolam itu”, kata Kepiting.


Bangau terdiam sebentar. Lalu, ia bergumam kecil, “Waktu yang tepat untuk coba makanan baru”.


“Oke, aku akan membawa kau diperjalanan berikutnya”, ucap Bangau.


Keesokan harinya, Bangau langsung membawa Kepiting untuk pergi ke kolam baru. Kepiting naik di atas badan Bangau. Keduanya terbang berhari-hari. Sampai akhirnya Kepiting merasa lelah dan bertanya, “Berapa hari lagi kita sampai di kolam baru?”.


Sang Bangau tau kalau Kepiting adalah hewan yang polos dan tidak akan tahu rencana jahatnya.


“Kau bodoh, tidak ada kolam lain di sekitar sini. Aku membuat rencana ini agar bisa memakan kalian semua” jawab Bangau.


"Sekarang kau harus bersiap untuk kehilangan nyawa mu juga karena aku akan menyantapmu," lanjutnya. 


Bangau langsung terbang dengan cepat menuju bukit yang biasa ia singgah untuk memakan Kepiting. Namun, tanpa ia sadari, Kepiting murka atas niat jahat Bangau.


Kepiting perlahan maju menuju leher Bangau tersebut. Tangannya bersiap untuk mencekik leher Bangau. 


“Aku tidak akan mati seperti ini Bangau egois,” ucap Kepiting. Tanpa ragu, capit kepiting yang tajam langsung mencekik leher Bangau tersebut. 


“Sakit!!!" teriak Bangau. 


“Ini akan lebih sakit lagi,” kata Kepiting. Ia langsung bergegas mengencangkan capitnya dan mematahkan leher Bangau. 


“AAAAAAAAAAAA,” teriak Bangau kesakitan.


Pada akhirnya Bangau terjatuh di sembarang tempat. Ia benar-benar kehilangan nyawanya. Kepiting yang jatuh bersama Bangau  langsung bergegas meninggalkannya. “Rasakan itu Bangau egois,” ucap Kepiting sambil pergi meninggalkan Bangau.


Kepiting kembali menuju kolam. sesampainya di sana, ada Ikan Kuning, Ikan Merah dan Katak yang sedang berkumpul menunggu giliran dijemput Bangau. 


"Hai kawan-kawan!" sapa kepiting dengan semangat. 


Mereka semua kebingungan. "Lho? Kok kamu ada di sini? Bukannya kamu berada di kolam baru? Lalu, mana Bangau?" tanya Ikan Kuning bertubi-tubi. 


"Selama ini, kita dibohongi dan dibodohi oleh Bangau. Ia tidak mengantar ikan-ikan ke kolam baru, ia memakannya di sebuah bukit," jelas Kepiting.


"Aku hampir menjadi korban santapannya hari ini. Namun, aku tidak mau dan mencekik dirinya hingga mati," lanjutnya. 


"Kepiting kau sangat cerdas. Terima kasih banyak Kepiting, kamu telah menyelamatkan kita semua yang tersisa di kolam ini dari kejahatan Bangau," tutur Ikan Merah. 


"Tidak, Bangau kehilangan nyawanya karena keserakahannya, bukan karena kecerdasanku," ucap Kepiting.


Kini, semua hewan yang tinggal di kolam hidup nyaman dan damai tanpa gangguan dari Bangau.


Leave A Comment