Welcome, Mom/Dad!
google_button Or please Login / Register!
Dongeng Time: Kisah Putri yang Ingkar Kepada Si Katak

Dongeng Time: Kisah Putri yang Ingkar Kepada Si Katak

  • reifita
  • Article
  • 2022-04-23
  • 10480
  • 0
Pada suatu hari, hiduplah seorang raja dan putri-putrinya yang sangat cantik jelita. Putri termuda, putri paling cantik di antara kakak-kakaknya.

Di dekat istana, terdapat hutan yang rimbun akan pepohonan, salah satunya pohon dengan daun berbentuk hati. Di bawah pohon itu, terdapat sumur tua yang jarang diketahui oleh orang-orang.


Di siang hari yang terik, Putri termuda mendatangi hutan untuk bermain bola emasnya. Biasanya, ia akan melempar-lemparkan bolanya ke atas, lalu menangkapnya kembali.


Tapi naas, si Putri yang kurang berhati-hati membuat bola emasnya tergelincir tepat di tanah dekat sumur. Perlahan, bola emas itu bergulir dan jatuh ke dalam sumur. Si Putri pun sangat bersedih dan menangis. Namun, tiba-tiba sang putri mendengar suara yang aneh.


"Putri yang cantik jelita, mengapa kamu menangis?", tanya suara tersebut.


"Aku menangis karena bola emasku jatuh ke dalam sumur saat aku memainkannya tadi," jawab si Putri sambil menangis tersedu-sedu.


Putri pun kebingungan dengan siapa ia berbicara karena tak ada satu orang pun disekelilingnya. Putri terus melihat sekitarnya, namun hanya ada seekor kodok di sana.


"Apakah kamu yang baru saja berbicara denganku?, tanya si Putri dengan raut wajah yang keheranan.


"Tenang saja, Putri. Aku akan mengambilkan bola emas itu untukmu. Tapi, jika aku berhasil, apa yang akan kamu berikan kepadaku?", ucap si kodok.


"Aku akan berikan apapun yang kamu inginkan. Mutiara, perhiasan, atau bahkan emas yang kupakai saat ini. Dengan senang hati, akan kuberikan kepadamu," jawab si Putri.


"Baiklah. Aku juga ingin kamu dengan senang hati menyukaiku sebagai teman bermain dan memperbolehkanku untuk makan bersama denganmu. Tentunya, dengan piring emasmu. Aku juga ingin minum dari satu gelas untuk kita berdua. Aku pun juga ingin bisa tidur di ranjang indahmu. Jika kamu berjanji akan mengabulkan semua keinginanku ini, aku akan mengambilkan bola emas itu untukmu," kata si kodok.


"Baiklah. Aku berjanji akan melakukan semua hal yang kamu inginkan itu," ujar si Putri tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.


Setelah mendengarkan janji si Putri, si kodok segera mengambilkan bola emas yang terjatuh di dalam sumur. Beberapa saat kemudian, si kodok keluar dari sumur sambil membawa bola emas kesayangan si Putri.


Melihatnya, si Putri sangat gembira sekali. Tapi, tampaknya Putti lupa akan janjinya kepada si kodok. Tanpa menghiraukan si kodok, ia meninggalkan sumur begitu saja.


Keesokan harinya, saat Putri sedang makan bersama dengan Raja, terdengar suara yang memanggil-manggil dari luar.


"Putri termuda, bukakan pintu untukku," ucap suara tersebut.


Putri pun bergegas membuka pintu. Saat ia melihat seekor kodok dihadapannya, ia langsung menutup pintu. Putri kembali duduk di kursinya dengan perasaan yang gelisah.


"Ada apa denganmu, anakku?", tanya Raja yang melihat kecemasan di raut wajah Putri.


"Tidak, aku tidak apa-apa. Tadi ada kodok yang berusaha untuk masuk," jawab Putri dengan gugup.


"Lalu, apa yang kodok itu inginkan?", tanya Raja kembali.


"Oh, Ayahanda. Saat aku bermain dengan bola emasku, tiba-tiba bola itu tergelincir dari tanganku dan terjatuh ke dalam sumur. Saat aku menangis, si kodok datang dan berusaha menolongku. Tapi, dia mengajukan persyaratan. Aku pikir dia tak akan datang kemari karena tak mungkin kodok meninggalkan air," jawab Putri dengan tertunduk sedih.


Untuk kedua kalinya, si kodok mengetuk pintu. "Putri Raja yang termuda, biarkan aku masuk! Apa yang pernah kamu janjikan kepadaku?", teriak si kodok.


"Biarkan dia masuk. Kamu harus penuhi janjimu kepadanya," perintah Raja kepada putrinya.


Dengan terpaksa, Putri membuka pintu dan membiarkan si kodok masuk. Kemudian, si kodok melompat dan mengikuti Putri menuju meja makan.


"Putri, bisakah kamu mengangkatku agar aku bisa duduk bersamamu? Dan tolong piringmu dekatkan lagi kepadaku," pinta si kodok. Dengan raut wajah yang murung, Putri menuruti permintaan si kodok.


"Terima kasih, Putri. Aku sangat senang. Tetapi, aku lelah. Tolong bawa aku ke kamarku. Aku ingin beristirahat di ranjang indahmu," kata si kodok.


Awalnya, si Putri merasa enggan dan hanya terdiam di kursinya. Namun, ayahnya terus mendesaknya untuk membawa si kodok ke dalam kamarnya. Dengan mata berkaca-kaca, si Putri akhirnya membawa kodok itu menuju kamar.


Ditaruhlah si kodok disudut kamar Putri. Karena merasa lelah, Putri pun membaringkan tubuhnya di atas ranjang.


"Putri, aku pun ingin tidur sepertimu. Angkatlah aku. Kalau tidak, aku akan memberitahukan hal ini kepada ayahandamu," celetuk si kodok.


"Diam kamu, kodok cerewet!", teriak Putri.


Dengan marah, Putri melemparkan kodok itu ke tembok hingga terjatuh ke lantai. Tiba-tiba, ternyata kodok tersebut berubah menjadi Pangeran yang amat tampan. Putri pun sangat kaget dibuatnya.


Pangeran pun menceritakan semuanya. Rupanya, pangeran telah disihir oleh seorang penyihir menjadi seekor kodok. Putri yang melihat Pangeran, seketika jatuh hati kepadanya.


Raja pun menikahkan Putri termudanya itu dengan Pangeran. Sebuah kereta kencana sudah datang di istana, siap membawa Putri dan Pangeran ke kerajaan Pangeran. Tampak delapan ekor kuda menarik kereta tersebut, dan ada pula pelayan Pangeran yang bernama Henry.


Di tengah perjalanan, Pangeran mendengar ada sesuatu yang patah pada keretanya.


"Henry, coba kamu lihat. Mungkin ada roda kereta yang patah," perintah Pangeran.


"Bukan, Pangeran. Itu hanya sebuah ikatan rantai. Akhirnya, aku bisa terbebas dari ikatan itu yang sekian lama telah mengikat hatiku yang patah," ujar Henry.


Ternyata, selama Pangeran dikutuk, Henry telah mengikat hatinya dengan rantai. Ia melakukannya agar ikut merasakan penderitaan Pangeran. Kini, kutukan itu telah hilang, sehingga rantai tersebut pun patah. Sungguh, Henry merasa amat bahagia.


Leave A Comment