Welcome, Mom/Dad!
google_button Or please Login / Register!
Dongeng Time: Peri dan Pembuat Sepatu

Dongeng Time: Peri dan Pembuat Sepatu

Pada suatu waktu, di sebuah desa kecil, hiduplah seorang pembuat sepatu tua bernama Pak Herman.

Pak Herman adalah seorang pria yang baik hati, tetapi kehidupannya penuh tantangan karena ia sangat miskin. Semua uang yang ia dapatkan hanya cukup untuk membeli kulit dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat sepasang sepatu. Sering kali, Pak Herman harus bekerja keras hingga larut malam demi menyelesaikan pesanan pelanggannya.


Suatu hari, Pak Herman menyadari bahwa ia kehabisan uang dan hanya memiliki sepotong kulit terakhir yang cukup untuk membuat satu pasang sepatu. Ia pun berdoa dalam hati.


Pak Herman: "Oh Tuhan, semoga sepasang sepatu ini terjual dengan baik, dan semoga aku bisa membeli bahan lagi untuk besok. Aku tak tahu harus bagaimana lagi."


Dengan penuh perhatian, ia memotong kulit tersebut dan menyiapkan semua bagian untuk dijahit. Karena kelelahan, akhirnya Pak Herman memutuskan untuk beristirahat sejenak dan menyelesaikannya keesokan harinya. Malam itu, ia tidur dengan perasaan cemas dan lelah.


Keesokan harinya, saat matahari terbit, Pak Herman terkejut saat melihat meja kerjanya. Di sana, terletak sepasang sepatu indah yang sudah selesai dijahit dengan sempurna! Sepatu tersebut bahkan lebih bagus daripada sepatu-sepatu yang pernah ia buat sebelumnya. Pak Herman mengamati sepatu itu dengan heran.


Pak Herman: "Siapa yang membuat ini? Tidak mungkin aku melakukannya dalam tidur. Sepatu ini sempurna sekali!"


Pak Herman kemudian membawa sepatu tersebut ke pasar, dan tak butuh waktu lama hingga seorang pembeli tertarik dan membelinya dengan harga yang bagus. Pak Herman sangat senang karena sekarang ia bisa membeli bahan lebih banyak. Malam itu, seperti malam sebelumnya, ia memotong kulit dan menyiapkan bahan untuk membuat dua pasang sepatu, lalu ia pergi tidur.


Keesokan paginya, kejadian yang sama terulang. Dua pasang sepatu indah sudah selesai dibuat dan tergeletak rapi di mejanya. Pak Herman merasa bingung, tetapi juga sangat bersyukur. Setiap hari, ia menyiapkan bahan-bahan, dan setiap pagi ia menemukan sepatu-sepatu yang telah selesai dibuat. Berkat sepatu-sepatu yang indah ini, Pak Herman mulai terkenal, dan banyak orang datang untuk membeli sepatu-sepatunya.


Akhirnya, rasa penasaran Pak Herman semakin besar. Ia memutuskan untuk begadang dan mencari tahu siapa yang telah membantunya selama ini. Malam itu, ia bersembunyi di balik lemari dan menunggu dengan sabar.


Tengah malam, pintu bengkel terbuka perlahan, dan muncullah dua peri kecil berwajah ceria, masing-masing setinggi ibu jari! Mereka mengenakan pakaian compang-camping, tetapi terlihat sangat bahagia. Kedua peri itu segera menuju meja kerja dan mulai membuat sepatu. Dengan cekatan, mereka menjahit dan merakit sepatu dengan begitu teliti dan cepat. Pak Herman sangat terharu melihatnya.


Peri 1: "Cepat, cepat! Sebelum pagi tiba, kita harus menyelesaikan semua ini!"


Peri 2: "Ya, aku senang bisa membantu Pak Herman. Ia sangat baik dan bekerja keras. Ini adalah hadiah kecil untuknya."


Pak Herman merasa tersentuh dengan kebaikan kedua peri kecil tersebut. Mereka telah membantunya tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Setelah kedua peri menyelesaikan pekerjaannya dan pergi, Pak Herman memutuskan bahwa ia ingin membalas kebaikan mereka.


Keesokan harinya, Pak Herman mengumpulkan sisa-sisa kain dan kulit yang ada, serta membeli beberapa kain halus. Ia menjahitkan baju dan sepatu kecil yang indah untuk kedua peri sebagai tanda terima kasih. Malamnya, ia meletakkan hadiah tersebut di atas meja kerja.


Ketika malam tiba, peri-peri kecil itu kembali ke bengkel. Mereka terkejut melihat pakaian-pakaian kecil di atas meja.


Peri 1: "Lihat ini! Pak Herman membuat pakaian untuk kita. Betapa baiknya dia!"


Peri 2: "Ah, kita tidak perlu membantu lagi. Sekarang kita punya pakaian yang indah! Ini pasti sebagai tanda terima kasihnya."


Mereka mengenakan pakaian tersebut dengan penuh kegembiraan, menari dan tertawa riang. Setelah itu, kedua peri kecil pergi meninggalkan bengkel Pak Herman dan tidak pernah kembali lagi. Meski merasa kehilangan, Pak Herman sangat bersyukur atas bantuan mereka. Berkat peri-peri kecil itu, kini ia sudah punya banyak pelanggan dan bisa hidup lebih baik dari sebelumnya.


Sejak saat itu, Pak Herman terus bekerja keras, mengenang bantuan ajaib yang ia terima. Ia pun menjadi pembuat sepatu terkenal di desanya, dikenal bukan hanya karena sepatu-sepatunya yang indah, tetapi juga karena kerendahan hatinya.


Leave A Comment